Thursday, October 21, 2010

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN BIMBINGAN

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
MELALUI PEMBERIAN BIMBINGAN

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
            Pendidikan  berproses sekurang-kurangnya dalam tiga bidang yaitu, kurikulum dan pembelajaran, manajemen pendidikan, dan bimbingan konseling. Ketiganya mengarah pada satu tujuan, yaitu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Guru BK (konselor) adalah pendidik yang memfasilitasi perkembangan seluruh potensi siswa dari berbagai aspek, mulai dari aspek pribadi, psikologi, maupun dari aspek sosial. Guru BK memberikan bimbingan dalam menyiapkan siswa menentukan pilihannya secara mandiri.
            Seluruh siswa memerlukan BK (bimbingan- konseling) mulai jenjang paling rendah sampai jenjang paling tinggi, dan mulai dari kemampuan paling tinggi apalagi yang rendah. Karena BK tidak hanya berurusan dengan kemampuan akademik saja melainkan mencakup semua aspek yang dimiliki oleh siswa, sehigga minat dan motivasi belajar siswa bangkit dan potensi serta kepribadiannya berkembang secara optimal.
            Dalam makalah ini akan membahas bagaimana seorang pendidik atau konselor mengatasi siswa / siswi yang kurang motivasi belajarnya.

Rumusan Masalah
Ø      Apa bimbingan itu?
Ø      Apa pengertian motivasi?
Ø      Apa definisi bimbingan belajar?
Ø      Apa saja sebab-sebab kurangnya motivasi belajar siswa itu?
Ø      Bagaimana pendidik / konselor mengatasi siswa yang kurang motivasi belajarnya?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Uraian Tentang Bimbingan
Stone dan Sherter merumuskan bimbingan sebagai process of helping individuals to understand themselves and their world.
Sedangkan dalam kurikulum 1975 mengartikan bimbingan adalah suatu proses bantuan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan- kemungkinan dan kenyataan- kenyataan adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangannya yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri, dan bertindak serta bersikap dengan tuntutan dan keadaan sekolah , keluarga dan masyarakat.[1]
Berdasarkan pasal 27 peraturan pemrintah nomor 29/90, “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencankan masa depan”(Depdikbud, 1994).[2]

B.     Pengertian Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang mana menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.  Menurut M. Utsman Najati, Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu. [3]
Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar. Proses motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu;
1)      Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong belajar (desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tenson.
2)      Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3)      Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya ketegangan.[4]
Sumber motivasi dapat datang dari dirinya, kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga dari luar, dari orang tua, guru-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan media massa. Orang tua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan peserta didik agar tercipta motivasi positif terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan dengan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan motivasi negatif terhadap kegiatan belajar siswa.
Motivasi belajar adakalanya  muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini termasuk pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang didorong hal lain diluar  belajar, akan tetapi masih ada hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua dsb.[5]
Didalam program bimbingan dan konseling baik motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif dalam rangka pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian treatment kepada siswa. Motivasi negatif juga penting sebab peserta didik memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami latar belakang suatu masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah.
Dibawah ini adalah bentuk-bentuk perilaku kurang motivasi belajar antara lain:
a.       Kelesuan dan ketidakberdayaan, seperti;  malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
b.      Penghindaran atau pelarian diri, seperti; absen sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa dan sebagainya.
c.       Penentang, seperti; kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
d.      Kompensasi, seperti; mencari kesibukan lain diluar pekerjaan, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting dan sebagainya.[6]

C.     Definisi Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran- kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan- tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.[7]
Belajar merupakan semua aktifitas yang dilakukan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi, yang mana dapat berlangsung disekolah ataupun diluar sekolah, pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah bersama guru atau dengan bimbingan guru. Keberhasilan belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan mesin atau motor yang menggerakkan perahu belajar. Para peserta didik yang belajar secara teratur, rajin, sungguh- sungguh, tekun dsb karena mereka memiliki motivasi belajar yang kuat.[8]

D.    Sebab- Sebab Kurang Motivasi Belajar
Tugas guru dalam mengajar dikelas tidak hanya menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga menciptakan situasi kelas, interaksi, kerjasama, memberikan arahan, petunjuk, penjelasan, serta dorongan, rangsangan, motivasi agar peserta didik belajar secara optimal.
Proses penguasaan pengetahuan, nilai- nilai, keterampilan dan pengembangan kemampuan berfikir membutuhkan suasana lingkungan yang kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam kelas. Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kemampuan berfikir, keterampilan, bahkan keseluruhan pribadi siswa. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang bersahabat dapat membangkitkan kegairahan dan motivasi belajar. Dalam penciptaan kondisi kelas tersebut peranan guru sangat penting, karena di dalam kelas guru adalah pengelolah, pemimpin, dan panutan siswa, selain itu dia juga sebagai sumber belajar, sumber insprirasi dan motivasi. Dengan demikian suasana kelas dan perlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama besar atau kecilnya motivasi belajar siswa.
Penyebab kedua yaitu datang dari lingkungan keluarga, yang mana lingkungan keluarga ini sangat amat berpengaruh pada kurangnya motivasi belajar siswa. Orang tua dalam keluarga juga berperan menciptakan suasana belajar yang kondusif dirumah, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh siswa.
Situasi hubungan sosial, suasana emosional dan disiplin yang demikian akan menumbuhkan suasana yang hebat, membangkitkan motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para siswa. Sebaliknya hubungan sosial yang banyak mengandung sikap curiga, permusuhan, ketidakpercayaan, suasana emosi yang tawar atau cenderung ke arah kebencian, penerapan disiplin yang bersifat otoriter, dsb cenderung akan menurunkan motivasi, dan menghilangkan gairah belajar.
Disamping faktor lain yang bersumber dari sekolah dan keluarga, motivasi belajar dapat datang dari diri peserta didik sendiri. Kondisi kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun rohani menjadi dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi belajar.  Kondisi kesehatan akan berkembang persepsi, sikap yang sehat dan realistik, emosi yang stabil. Keceriaan, kesenangan, kebahagiaan dsb. Sedangkan kondisi yang kurang sehat maka akan menumbuhkan kondisi sosial yang kurang sehat pula, dan dapat menjadi pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju, motivasi untuk berprestasi. Tumbuhnya kondisi pribadi yang sehat juga dilatar belakangi oleh dasar- dasar yang dikembangkan olah keluarga. Keluarga terutama ayah dan ibu memegang paranan kunci dalam pembentukan pribadi anak, dan memberi dasar- dasar bagi kemajuan belajarnya.[9] 


E.     Solusi Mengatasi Kurang Motivasi Belajar Siswa
Kurang atau rendahnya belajar seorang  peserta didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada sebabnnya. Yang mana telah dikemukakan di depan bahwa sebab- sebab rendahnya atau kurangnya motivasi belajar siswa itu berasal dari guru, sekolah, dan teman- temannya, dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara- saudaranya, dan juga berpangkal dari diri sendiri, kesehatan pribadi dan reaksi- reaksi terhadap lingkungannya. Untuk membantu peserta didik yang kurang motivasi belajar, perlu kita ketahui terlebih dahulu hal- hal yang melatar belakanginya. Seperti halnya pada masalah bimbingan dan konselig pada umumnya, pada masalah rendahnya motivasi belajar yang dicoba diperbaiki atau dihilangkan bukan motivasinya tetapi hal- hal yang melatar belakanginya.
Disamping pemberian layanan- layanan secara khusus terhadap peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, dengan latar belakang masing- masing yang secara khusus pula, konselor atau guru pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat dilakukan secara langsung oleh konselor atau guru pembimbing sendiri, dapat  juga dilakukan melalui guru kelas, guru bidang studi atau guru- guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh konselor antara lain:
1. Konselor dapat memberikan informasi, penjelasan disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan- kemajuan yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang sukses karena rajin dan giat belajar.
2. Terhadap kelas, kelompok atau individu peserta didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah. Untuk membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3. Penghargaan terhadap pribadi anak, semua orang termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya untuk membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan yang wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.[10]
  Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru antara lain:
1)            Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul- betul dirasakan oeh peserta didik kan membangkitkan motivasi belajar siswa. 
2)            Memilih materi yang atau bahan pembelajaran yang benar- benar dibutuhkan oleh peserta didik, yang mana yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk dari motivasi.
3)            Memilih cara penyajian yang bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta didik dan banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut andil atau berpartsipasi dalam kelas tersebut, yang mana peserta didik akan lebih merasa lebih semangat dari pada hanya sekedar mendengar saja (monoton).
4)            Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses. Sukses yang telah dicapai oleh peserta didik akan membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat besar
5)            Berilah kemudahan dan bantuan dalam belajar. Tugas seorang guru atau pendidik disekolah tidak lain untuk membantu perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, berilah kemudahan- kemudahan dalam belajar, dan janganlah guru mempersulit perkembangan belajar peserta didik  karena akan berakibat fatal kepada peserta didik.
6)            Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah, karena itu sangat membuat peserta didik termotivasi, sama dengan konselor, guru- guru juga dapat membangkitkan motivasi belajar melalui pemberian pujian, ganjaran, atau kalau perlu hadiah.[11]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dari pemaran diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan atau kurangnya motivasi belajar siswa itu meliputi beberapa hal natara lain;
Þ    Tidak ada kesiapan fisik dan mental untuk menerima pelajaran karena terlalu lelah dab tidak ada kesempatan belajar dirumah, tidak 
Þ    Tidak konsentrasi dalam belajar karena merasa takut, dibenci dan merasa selalu di hokum oleh guru
Þ    Tidak ada dorongan untuk mencapai suatu cita- cita yang tinggi dari orang tua karena latar belakang pendidikan dan kognisi sosi- ekonomi yang kurang atau lemah
Þ    Kurang motivasi belajar karena kurangnya rangsangan dari ligkungan untuk giat belajar
Sebab- sebab dari kurangnya motivasi belajar itu meliputi dari lingkungan yang kurang kondusif, dukungan dari keluarga, kesehatan peserta didik (mental)
Upaya untuk dapat mengatasi kurang motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh pendidik atau konselor antara lain:
Þ    Konselor dapat memberikan informasi
Þ    Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pembelajaran yang diberikan
Þ    Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah
Þ    Berilah kemudahan dan bantuan dalam belajar
Þ    Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses
DAFTAR PUSTAKA
Muhbib Abdul Wahab, Abdul Rahman Shaleh, psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam. Prenada Media, Jakarta, 2004.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian siswa, Maestro. Bandung, 2007.
            Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Disekolah,  PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 2002.
Gunawan, Yusuf, , pengantar bimbingan dan konseling, PT. Prenhanlindo, Jakarta, 2001


[1]. Yusuf, Gunawan, pengantar bimbungan dan konseling, PT. Prenhanlindo, Jakarta, 2001. Hal: 40
[2].  Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan KOnseling Disekolah,  PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 2002. Hal: 19
[3] . Abdul Rahman Shaleh, Muhbib abdul Wahab, psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam. Prenada Media, Jakarta, 2004. Hal: 132
[4] . Nana Syaodih Sukmadinata, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian siswa, Maestro. Bandung, 2007. Hal: 382    
[5].  Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 387
[6] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 38
[7] . Dewa Ketut Sukardi, …………………Hal: 40  
[8].  Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 381
[9] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 391
[10] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 408
[11] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 409

No comments:

Post a Comment